Senin, 14 Februari 2011
Sabtu, 05 Februari 2011
" Petruk Ngadek Ratu " Part II
Cerita diawali di tengah hutan Raden Angkawijaya yang diikuti para punakawan Semar,Gareng,Petruk,Bagong dalam perjalanan dari pertapaan saptaarga harus menembus hutan belantara untuk menuju ke Amarta di tengah hutan mereka bertemu rombongan raksasa terjadilah pertarungan yang sengit.
Waspada Sang Gatutkaca mengetahui adiknya yaitu Raden Abimanyu kewalahan menghadapi raksasa melesat menghantam kepala raksasa,satu persatu bergelimpangan raksasa – raksasa dan yang selamat berlari menerobos belantara..
Tak kalah gesitnya Petruk menghatam kanan kiri,banyak raksasa yang lari tunggang langgang diterjang amukan petruk dan saudara-saudaranya.
I. Negara Amarta
Di negara Amarta Prabu Punto Dewa bersama dengan saudara – saudaranya Raden Wekudara,Raden Janaka,Reden Nakula dan Sadewa sedang membicarakan murcanya (hilangnya) pusaka amarta yaitu Jamus kalimasada tak berapa lama datanglah Raja Dwarawati Prabu Sri Batara Kresna.
“ Salam taklim saya yayi Prabu “ Prabu Kresna menghaturkan salam
“ Kanda Prabu silahkan,saya terima salam kanda prabu salam bakti saya haturkan kepada kanda prabu“
“ Terimakasih Dimas saya terima salam bakti yayi prabu, Werkudara...bagamana Dimas keadaan Jodipati ?”
“ Heeemmm baik,Jliteng Kakakku , terlambat datang ke Amarta,apa ada kepentingan di Dwarati ?”
“ Tidak Dimas, hanya saja kakakmu ini harus mengadakan pasowanan dulu dan Dwarawati sepenuhnya kutitpkan Kakang Udawa, Dimas Harjuna juga baik – baik saja kan,serta nakula Sadewa?”
“ Baik Kankang mas,sembah bakti saya haturkan pada kakangmas Kresna “
“ Ya..sama – sama dimas baktimu aku terima”
“ Sembah bakti saya Kakangmas”
“ Ini Nankula Sadewa..ya..ya saya terima bakti kalian..,Dimas Prabu Puntodewa,saya lihat amarta seakan diselimuti awan yang begitu gelap tidak seperti biasanya Dimas.ada apa ini?”
Dengan tertunduk merasa kesedihan yang mendalam sang Prabu Puntodewa seakan tak kuasa untuk menceritakan kejadian di Amarta. Terlihat di mata batin Sang Kresna,Amarta seakan diselimuti awan gelap menggambarkan ada peristiwa besar yang terjadi di Amarta dengan tersenyum kecil Sang Prabu Kresna menghibur raja Amarta.
“ Ya ya..yayi prabu tidak perlu terlalu memikirkan..murcanya jimad kamus kalimasada sebentar lagi pasti akan dapat kita temukan “
“ Haaaaaa Kresna Kakakku,coba di mana sebenarnya kalimasada hilang?”
“ Bima..bima kalau aku tahu ya mestinya akan aku cari dan ku bawa ke sini”
“ Harusnya begitu..kresna kakakku titisan Dewa Wisnu mestinya sudah tahu di mana kalimasada “
“ Walaupun saya titisan Wisnu,bima. Tidak serta merta aku mengetahui apapun, hanya saja tunggu sampai dengan putramu Si Abimanyu datang pasti akan membawa berita yang menggembirakan “
“ Haaaa...Abimanyu sowan ke Saptoargo menghadap Abiyasa Kakekku”
“ Iya..kita tunggu saja kedatangan Abimanyu..apa yang disampaikan Eyang Abiyasa kita laksanakan, semoga jamus Kalimasada bisa timbul lagi "
Angin sepoi – sepoi meniup pepohonan rindang di depan sitinggil kerajaan Amarta pertanda ada kerabat kerajaan akan datang, dari kejauhan tatapan mata para sentana melihat langkah gagah perkasa Raden Abimanyu bersama dengan Raden Gatutkaca serta para punakawan menuju sitinggil Isatana Amarta, sesampainya di sitinggil mereka menghaturkan sembah bakti kepada para tetua Amarta.
“ Sembah bakti ananda, uwak prabu “
“ Sembah baktimu aku terima anakku Abimanyu “
“ Sembah bakti ananda Gatutkaca,uwak prabu”
“ Sembah baktimu aku terima ananda Gatutkaca “
Setelah mereka menghaturkan sembah bakti kepada para tetua Amarta, Raden Abimanyu menyampaikan pesan dari Pandito Sapta Arga yang masih eyangnya para Pandawa yaitu Begawan Abiyoso.
“ Uwak Prabu Puntodewa dan para sesepuh Pandawa,berkenankan ananda Abimanyu menyampaikan pesan Eyang Abiyoso “
“ Iya ananda Abimanyu memang yang ditunggu para Pandawa dan Kanda Prabu Dwarawati adalah pesan dari Sapta Arga,coba lekas sampaikan apa yang diperintahkan Eyang Sapta Arga, Abimanyu “
“ Uwak Prabu,Eyang Sapta Arga bersabda bahwa hilangnya Jamus Kalimasada tidak akan jauh dari keluatga Pandawa,maka uwak prabu...Eyang Sabta Arga memerintahkan Para keluarga Pandawa untuk tapa ramai maksudnya para keluarga Pandawa diharapkan selalu membantu atau menolong orang lain “
Belum sampai selesai Raden Abimanyu menyampaikan pesan dari Sapta Arga, tiba – tiba genderang pertanda ada tamu penting akan menghadap. Dari kejauhan nampaklah Prabu Kurupati bersama dengan patih Sengkuni dan Pandito Durno nampak tergesa-gesa menghadap Prabu Puntodewo. Prabu Kurupati menceritakan apa yang terjadi di Negara Astina,mendengar bahwa Dewi Banowati menjadi tawanan perang Prabu Belgeduwelbeh,Raden Arjuna marah dan hendak melabrak ke negara Astina,kemarahan Raden Janaka diredakan oleh Prabu Puntodewa.
“ Dinda Werkudara, saya perintahkan kamu untuk membereskan masalah ini bersama dengan Dinda Janaka! “
“ Haaaaaa...Hemmmmm Baik..akan aku hajar Prabu Belgeduwelbeh,aku minta pamit,”
" Kanda Prabu Puntodewa dan Kanda Prabu Dwarawati,saya mohon diri "
" Baiklah Yayi,semoga selamat dan berhasil dalam menunaikan tugasmu "
2. Pandawa Takluk
Raden Werkudara dan Raden Janaka diikuti para putra Pandawa menuju Negara Astina,sebelum memasuki perbatasan Amarta dan Astina mereka sudah dihadang oleh Putut Bayu Wara. Terjadilah peeperangan yang sangat ramai...Putut Bayuwara berhadapan dengan Raden Gatutkaca..dari angkasa Raden Gatutkaca melesat menerjang Putut Bayuwara,pukulan dan tendangan Raden Gatutkaca bertubi – tubi mengenai Putut Bayuwara bagaikan burung rajawali menyambar mangsanya.
Mengetahui musuhnya kewalahan Raden Gatutkaca menambah serangannya. Putut Bayuwara terpaksa melarikandiri dari peperangan kemudian ia menghadap Prabu Tongtongsot.
“ Ampunkan Hamba Sang Prabu,Hamba tidak mampu menandingi
putra – putra Pandawa “
“ Ya..tidak masalah..sudah kamu di belakang saja.
Coba aku lawannya Raden Gatotkaca “
“ Sendiko Sinuwun “
“ He Gatotkaca..kalau kamu memang satria yang sakti..ayo lawan Prabu Tongtongsot..”
Prabu Tongtongsot melesat menghadang Raden Gatotkaca,waspada Sang Gatotkaca di hadapannya adalah seorang raja yang bukan sembarang ia melesat terbang ke angkasa. Tapi ketika Raden Gatotkaca hendak menerjang Prabu Tongtongsot di jatuh lemas tak berdaya berulang – ulang ia mencoba menerjang Prabu Tongtongsot ia jatuh tak berdaya. Raden Gatotkaca tak mampu melawan Prabu Tongtongsot maka ia merasa kalah dan menyerah bersama dengan Raden Abimanyu. Melihat Kekalahan putra – putra Pandawa,Raden Werkudara dan Raden Janaka meyusul ke arena peperangan,mereka juga mengalami nasib yang sama Raden Werkudara dan Raden Janaka bisa dikalahkan oleh Prabu Tongtongsot.
Para Pandawa kemudian berkumpul di negara Astina,Prabu Tongtongsot memberikan petuah – petuah kepada mereka. Para Pandawa menyadari bahwa Prabu Tongtongsot adalah Sang Hyang Wenang yang masuk dalam raga Ki Lurah Petruk Kantong Bolong, setelah memberikan petuah dan wahyu Keraton kepada Raden Abimanyu,Sang Hyang Wenang kembali ke Kahyangan.
“ Maafkan Hamba,Gusti Prabu Puntodewo,saya kembalikan jamus Kalimasada kepada Gusti Prabu “
“ Iya..petruk aku terima dan aku mengucapkan terimakasih atas jasa – jasamu kepada Amarta “
“ Petruk..” Prabu Kresna menyela pembicaraan Petruk dan Prabu Puntodewa.
“ Wonten dawuh, Gusti Prabu Batara Kresno “
“ Selama kamu menjadi Prabu Tongtongsot...bendaramu Abimanyu kok diikuti para punakawan lengkap..berarti di Pecuk Pacukilan ada petruk juga ?”
“ Wah ada yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan...wah jadi petruk kembar, Gusti prabu saya mohon pamit..”
“ Ya petruk berhati – hatilah “
Petruk berlalu dari pasewakan di Negara Astina,dan para pandawa beserta Prabu Dwarawati meningglkan Negara Astina.
II. Tancep Kayon
Petruk dengan tergesa – gesa kembali ke Pecuk Pacukilan, melihat sekeliling rumah nampak sepi. Terlintas bayangan di belakang rumah Petruk menhapirinya.
“ Weh sopo iki,kurang ajar berani menyamar diriku “
“ Sopo iki ?, aku petruk “
“ Aku yang petruk..kamu jangan macam – macam..weeee kubanting aja orang ini “
Mereka berkelahi petruk sang Tongtongsot mengamuk dibantingnya petruk jelmaan tanpa disadari petruk (Tongtongsot) ketika membanting petruk jelmaan berubah mencadi pethel (kampak) senjata petruk.
“ We..pethel – pethel,terima kasih kamu mau membela juraganmu ini...yah pethel – pethel akan ku bawa pulang kamu, ayooo “
Di negara Amarta telah diserang prajurit – prajurit Astina..Sang Werkudara dengan sigap mengeluarkan ajian sapu angin,para kurawa tunggang langgang tak berdaya. Akhir cerita para Pandawa bersyukur atas kembalinya Jamus Kalimasada dan Raden Abimanyu mendapatkan Wahyu Keraton.
Tancep Kayon
MP3 pagelaran wayang kulit " PETRUK NGADEK RATU" Dalang Ki Kusni seutuhnya
dapat diunduh disini
atau
Langganan:
Postingan (Atom)